Pencapresan
Gub Jokowi, bukan saja berdampak (positif dan negatif) pada diri beliau
sendiri, tetapi -dan saya kira tak kalah serius- juga kepada Wagub
Ahok. Bahkan kalau dilihat aspek negatif, sejatinya Ahok malah dobel.
Pertama, tentu akan menjadi sorotan
publik seperti Jokowi. Kedua (dan ini yg ruwet), Ahok juga akan mendapat
sorotan khusus dari partai pengusungnya, Gerindra. Namun bagi saya,
Ahok sedang membuka sebuah lembaran sejarah baru, kalau pun bukan pada
level Republik, tetapi pada level Ibukota Republik. Jika Jokowi berhasil
lolos sebagai Presiden pada Pilpres 2014, maka Ahok adalah otomatis
menjadi Gubernur DKI yg menggantikan beliau. Ini berarti orang Babel ini
adalah non-pri kedua (setelah Henk Ngantung) yang akan memimpin
Ibukota, yang juga non-Muslim, yg menjadi Gubernur Jakarta setelah
Indonesia merdeka pada 1945. Dua fakta itu saja sudah menunjukkan betapa
historis posisi Ahok sebagai Gubernur pasca-Jokowi. Maka, jika banyak
pihak yang melakukan kampanye negatif thd Jokowi dan mengupayakan agar
beliau urung menjadi capres, saya kira salah satu alasannya adalah ini:
Ketakutan, kekhawatiran, kemarahan, kejengkelan dll akan terjadinya
sebuah peristiwa yang besar dan di luar kemampuan mereka untuk melawan
secara terbuka. Dan bagi sebagian kelompok, ini adalah sebuah pukulan
yang sangat hebat dan sebuah ancaman eksistensial. Karenanya, ancaman,
tantangan, gangguan dan hambatan (ATGH), kalau meminjam istilah militer,
thd Ahok tidak kalah besarnya dibanding thd Jokowi. Bahkan pada tingkat
tertentu, yang sedang dan akan dihadapi Ahok bisa lebih besar! Karena
itulah, fenomen Jokowi-Ahok barangkali merupakan sebuah kelanjutan
revolusi bagi bangsa Indonesia pada ranah "struktur makna" (meaning
structure). Dua orang putra daerah dari generasi yang lebih muda dan
kalangan sipil serta mewakili plularitas Indonesia ini sedang membawa
perubahan pada tataran imajinasi dan makna (meaning) yang pasti akan
membawa dampak terhadap masa depan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Jika alm. Gus Dur adalah pemikir, pendobrak, perintis, dan pejuang
pluralisme sebagai salah satu amanat Konstistusi yg terpenting, maka
kedua anak bangsa ini adalah pelanjut dan pelaksananya. Karenanya,
gelombang halangan dan fitnah thd keduanya pun tak akan kalah besarnya
dengan yang pernah dihadapi oleh Presiden RI ke IV tsb. Rakyat Indonesia
umumnya, dan rakyat Jakarta khususnya, sudah seharusnya berdiri di
belakang Jokowi dan Ahok, selama keduanya masih setia dan konsisten
dengan perjuangan menuju Indonesia Raya! Semoga...
Sunday, March 16, 2014
Home »
» PENCAPRESAN JOKOWI DAN MUNCULNYA GUBERNUR DKI AHOK
0 comments:
Post a Comment