Kendati survei yg dilakukan oleh Indikator
Politik Indonesia (IPI) ini dilakukan sebelum pengumuman pencapresan
Jokowi, tampaknya posisi Gub. DKI tsb masih tetap unggul (leading)
ketimbang para pesaingnya, termasuk Prabowo Subianto (PS).
Bahkan dlm survei ini ketika responden diminta ditanya jawaban spontan
(top of head answer), Jokowi sangat dominan yakni sekitar 22%. Memang
ini belum setinggi ketika Pak SBY dulu nyapres (2004, 2009), tetapi
kalau dibanding pesaingnya Jokowi jauh lebih dipilih ketimbang lainnya
termasuk Megawati. Namun demikian tak berarti Jokowi dan pendukungnya
sudah bisa ongkang-2. Sebab masih ada celah bagi lawan utk menggoyang
popularitasnya dg memakai kampanye hitam seperti menyebar terus menerus
dan sistemstis tudingan sebagai orang yg tak amanah atau belum berhasil
mekakukan pembenahan Jkt selama setahun setengah pemerintahannya bersama
Ahok. Ini mengharuskan PDIP dan pendukung Jokowi utk tdk melayani dg
cara sama atau respons2 yg vulgar thd tudingan miring tsb. Pendukung
Jokowi perlu mengcounter dg kampanye santun dan low profile spt yg
dicontohkan oleh sang capres sendiri ketika menjawab serangan boss
Gerindra, PS, atau desakan media agar beliau menunjukkan reaksi keras.
Tentu ini tak gampang, sebab media cenderung akan menggunakan pihak yg
lemah (the underdog) sebagai darling mereka dan pihak yg unggul sebagai
sasaran untuk dibully. Jokowi dan PDIP perlu mendesain kampanye mereka
lebih "cool" dengan sentuhan2 feminin yg menawarkan nuansa2 kelembutan,
ketenangan, rekonsiliasi, dan anti kekerasan serta kebersamaan. Pada
akhirnya publik Indonesia umumnya lebih simpatik kepada pihak yg
didzolimi terapi mampu bertahan dan tdk terpancing. Dan Jokowi sudah
terbukti piawai menggunakan strategi kampanye positif dalam beberapa
kali pilkada sebelumnya.
Selanjutnya baca tautan ini:
http://m.rmol.co/news.php?id=147776
0 comments:
Post a Comment