Sepintas lalu, omongan Letjen (Purn) Sutiyoso (St) ini terdengar normatif, baik, dan/atau biasa-biasa saja. Tokoh militer, kata boss PKPI itu, masih diperlukan memimpin Indonesia. Secara normatif, hal sama bisa dikatakan juga terhadap para intelektual, pebisnis, politisi, petani, dll komponen bangsa dan warganegara yang secara konstitusional berhak. Namun menjadi tidak "biasa" dan problematik, ketika St memberikan alasan kenapa beliau sampai pada konstatasi itu. Alasan-2 beliau adalah: 1) Menurut hasil survei militer masih diperlukan memimpin RI; 2) RI menghadapi tantangan berat .. menata ulang kehidupan bangsa; dan 3) Hampir 16 tahun kita reformasi dan amandemen sudah 4 kali tapi masalah malah terus bertambah. Berangkat dari ketiga alasan tsb, St meyakini bahwa hanya seorang tokoh militerlah yang memiliki kapasitas utk menyelesaikan masalah bangsa dan NKRI. Sehingga ia pun berikrar: "(S)iapapun tokoh dari militer yang maju, akan saya dukung..." Secara nalar, orang bisa menyanggah argumen St berdasarkan kenyataan selama 10 tahun terakhir dan kurun waktu 32 tahun sebelum reformasi bergulir. Pada 10 tahun dari 16 terakhir, kepemimpinan nasional berada di tangan tokoh militer (Pak SBY). Nah, kalau St mengatakan selama 16 th terakhir masalah terus bertambah, bukankah beliau membantah tesisnya sendiri? Jika ini dikaitkan dengan masa Orba, orang bisa mengatakan, bukankah permasalahan-2 bangsa dan negara yang terjadi (sehingga akhirnya harus dilakukan reformasi) juga salah satunya bersumber kepemimpinan tokoh militer? St bukannya sedang menawarkan sebuah gagasan dan pikiran yang cerdas dan mencerahkan serta membuat bangga kalangan militer, tetapi malah karikatural karena kontradiktif dan ekonomis dalam penalaran.
Selanjutnya baca tautan ini:
http://www.rmol.co/read/2014/02/14/143936/Jenderal-Sutiyoso:-Militer-Masih-Diperlukan-Memimpin-Indonesia-
Saturday, February 15, 2014
Home »
» NALAR DIBALIK STATEMEN SUTIYOSO SOAL PEMIMPIN MILITER
0 comments:
Post a Comment