Pidato KH
Said Aqil Siradj (SAS) dlm rangka Harlah NU ke 88 perlu dicermati secara
kritis. Beliau bilang bhw "(k)etika terjadi konflik parpol, NU akan
jadi penyelamat dari konflik.." Saya kira, kata kuncinya adalah
"akan" atau "bisa", sehingga hal tersebut masih merupakan sebuah
potensi, belum aktualisasi, atau pekerjaan rumah (PR) yg perlu
dibuktikan di lapangan. Berikutnya, agar NU, dlm hal ini PBNU berikut
badan-2 otonom (banom) nya sampai di lapis bawahnya, mampu
membuktikannya tentu harus bekerja keras. Di sinilah tantangannya dan
tampaknya belum juga bisa dilaksanakan. PBNU dan jajarannya masih tetap
lebih berat kepada keterlibatan politik kendati di permukaan bicara
netral. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada PBNU dan jajarannya, saya
justru memandang keterlibatan politik itulah yg membuat NU kehilangan
kepekaan sosial dan bahkan kemandiriannya dalam dinamika kehidupan
berbangsa dan bernegara yang makin cepat dan berdampak sangat besar. Apa
yang dahulu pernah dirintis dan dikembangkan oleh almaghfurlah Gus Dur,
khususnya wacana dan kiprah intelektual di kalangan generasi muda NU,
kini sudah hampir dikatakan punah. Yang berkembang justru kiprah politik
dalam jajaran pengurus NU. Sementara pemberdayaan ekonomi warga
nahdliyyin (yg juga susah payah dicoba dilakukan GD) nyaris tinggal
bunyi-2an belaka! Gerakan intelektual dan pemberdayaan ekonomi adalah
landasan utama netralitas NU dan kontribusi kaum nahdliyin kepada
bangsa, sebagaimana komitmen GD. Jiak kedua hal ini tetap saja terpuruk,
maka pidato SAS hanyalah tinggal pidato yg indah dan dikutip sana sini
serta diulang-2, tetapi fakta di lapangan tetap saja NU dan nahdliyyin
menjadi obyek dan bukan subyek dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
DIRGAHAYU NU KE 88..
Baca tautan ini:
http://www.rmol.co/read/2014/02/01/142158/NU-Jadi-Penyelamat-Indonesia-di-Tengah-Konflik-Antar-Partai-
Saturday, February 1, 2014
Home »
» HARLAH NU KE 88: KEMANA GERAKAN INTELEKTUAL RINTISAN GD ITU?
0 comments:
Post a Comment