Di status saya beberapa waktu lalu, saya menilai "usulan" Anas Urbaningrum (AU) agar Ibas dijadikan jubir partai adalah cuma "ngenyek" alias meledek, bukan usulan murni. Manuver ini adalah 'psy war' yang dilancarkannya untuk memancing reaksi dari elit PD. Tujuannya adalah mendegradir citra partai itu dg menyeret elitnya dalam debat tak berkesudahan dan tak bermutu (http://www.aktual.co/politik/152452usulan-anas-lebih-pas-disebut-ngenyek). Benar saja! Setelah melontarkan ledekan soal Ibas, kini AU tambah berani. Ia "usul" agar Pak SBY menjadi cawapres dlm Pemilu 2014! Harus diakui, mantan Ketum DPP PD itu canggih dalam mempermainkan psikologi elit PD. Dengan bungkus 'argumen' yang kelihatan "masuk akal" dan "dingin", AU menyodorkan sebuah skenario yg jika dibaca sekilas menarik, tetapi sejatinya bisa juga mencitrakan Pak SBY sebagai seorang yang terkesan takut kehilangan kuasa dan berwatak Machiavellian. Tentu AU akan menolak tafsir demikian. Ia justru akan balik menyatakan bhw "usul"nya sangat rasional, jujur, dan dilandasi oleh kecintaannya thd partai yg pernah membesarkan dan menjadikannya sebagai Ketum dan blah..blah..blah lain. Simak saja statemennya: "Jika Pak SBY jadi cawapres, maka akan banyak capres yang tertarik, dan bahkan memburu untuk berpasangan.." Terus terang, saya belum pernah membaca, mendengar, dan melihat sinisisme dan/atau sarkasme sekuat ini. AU dengan permainan kata yg halus dan sopan, melancarkan serangan yang langsung menukik ke dalam relung psikis para elit PD. Jika mereka terpancing bereaksi, baik positif apalagi negatif, maka pancingan AU akan berhasil. Karena media pasti akan menggoreng dan menggodoknya terus menerus 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Dan sayangnya, itulah yg terjadi: sebagian petinggi PD sudah mulai menanggapi. Beramai-ramai pula! Luar biasa...
Selanjutnya baca tautan ini:
http://politik.rmol.co/read/2013/12/04/135411/Anas-Urbaningrum:-SBY-Banyak-Diburu-Kalau-Maju-Sebagai-Cawapres-
Wednesday, December 4, 2013
Home »
» MEMBACA "USUL" ANAS AGAR PAK SBY JADI CAWAPRES
Kang Hikam,
ReplyDeleteAku setuju dengan piliha Kang Hikam dalam melihat rangkaian statement yang dilontarkan Anas. Cucu menanti Kiai Ali Maksum yang satu ini cukup brilyan dalam hal memanage emosi, ekspresi wajah, bahwa pilihan diksi yang akan digunakan. Bagiku, Anas sangat dalem dalam 'nyecep' ilmu dari seniornya di HMI, Akbar Tanjung. Demikian banyak kemiripan gaya, cara, dan strategi yang diterapkan keduanya diwaktu yang bersamaan. Anas ke SBY dan PD, Akbar ke ARB dan Golkar
Nah!
Pingin sekali aku membaca tawaran analisa Kang Hikam dari sisi konsep budaya politik, atau mungkin konsep perilaku politik. Jika kang Hikmah bersedia, tentu aku akan senang sekali
wasis sasmito
Tentu saya tdk mungkin menulis analisis panjang dlm forum seperti ini. Cukup jika saya katakan bhw AU memang lihai dalam menggunakan khazanah budaya Jawa untuk melontarkan serangan thd lawannya yang juga orang Jawa. Sayangnya, kelihaian ini bukan sesuatu yang menurut saya, tindakan terpuji. Kemarahan AU karena tersingkir dari lingkaran pusat kekuasaan memang menjadi salah satu alasan baginya utk bersikap seperti itu. Namun hal itu akan berujung pada sebuah situasi yang secara budaya dikiaskan dengan istilah "ngunduh wohing pakarti."
ReplyDeleteSebagai sebuah pendidikan politik, perilaku AU thd Pak SBY juga bisa berakibat negatif. Karena memberi contoh dan bukti bagi mereka yang tidak menyukai sistem demokrasi utk berkampanye ttg keburukan demokrasi, seolah-2 tidak lagi menghargai etika dan unggah-ungguh. Padahal dalam demokrasi itu, dimensi keadaban (civility) sangat penting. Tanpa ada keadaban maka demokrasi hanya merupaka anarki yang dilegitimasi belaka.