Benarkah Paket Bali (Bali package, PB)) yg baru saja disepkati dlm Konferensi Tingat menter (KTM) WTO menguntungkan negara berkembang? Secara subyektif, para ekonom masing-2 punya cara menafsirkan sesuai dengan pendekatan teoretis yg diikuti atau posisinya. Staf khusu (Stafsus) Presiden bidang ekonomi, Firmanzah (Fz), tentu tidak mungkin mengatakan PB merugikan. Tetapi simak, misalnya, penuturan ekonom seperti Aviliani (Av) dari Komite Ekonomi Nasional (KEN). Ekonom perempuan itu justru mengatakan sebaliknya: PB hanya menguntungkan negara-2 industri (http://www.jpnn.com/read/2013/12/09/204765/Paket-Bali-Untungkan-Negara-Industri-). Mana yg benar? Ilmu ekonomi, sama saja dengan ilmu-2 sosial yang lainnya, sarat dengan interpretasi dan dipengaruhi madzhab atau aliran teoretis yg diikuti. Belum lagi kalau ideologi ikut bicara di sana. Marx pernah mengatakan, ekonomi selalu merupakan "politik ekonomi." Artinya, bicara ekonomi senantiasa melibatkan kebijakan-2 yang dipengaruhi oleh struktur politik tertentu. Masalahnya adalah dalam melihat kebijakan seperti PB dan implikasinya ke depan bg bangsa kita, tak mungkin orang hanya percaya kepada pandangan ekonom semata tanpa memperhatikan kaitan dengan dinamika politik ekonomi nasional dan global. Apakah negara-2 spt India, Kuba, Venezuela yg mati-2an menolak PB tak punya ekonom-2 sekelas Fz atau Av? Apakah ekonom-2 mereka tidak punya kapasitas bicara ekonomi dan meriskir negerinya terpuruk dg penolakan tsb? Saya kira tak sesederhana itu. Bahkan saya cenderung mengatakan sebaliknya. Ekonom spt Fz adalah penganut aliran neo-liberal dan ia berada dalam lingkungan para pengambil kebijakan yang juga beraliran sama (Gita Wiryawan, Mari E Pangestu, Chatib Basri, MS Hidayat, Boediono, dll). Sangat mustahil kalau mengharapkan ia punya sikap yang kritis thd formula yang memang dilahirkan dari aliran sendiri, bukan?. Coba kalau yg berada dlm posisi Fz adalah ekonom-2 macam Faisal Basri, Hendri Saparini, Rizal Ramli, Imam Sugema, Revrizon Baswir, dll. Saya berani taruhan, Indonesia akan mendukung India dan negara-2 penolak PB di KTM WTO tsb. Jadi kalau Fz memuji PB, itu kan sama saja dengan seorang blantik (makelar) yang memuji kehebatan sapi yang akan dijualnya di pasar?. Haruskahrakyat Indonesia bilang "wow"! begitu? Saya sich, ogah!
Selanjutnya baca tautan ini:
http://ekbis.rmol.co/read/2013/12/09/135880/Staf-Khusus-Presiden:-Paket-Bali-Justru-Paling-Untungkan-Negara-Berkembang-
Monday, December 9, 2013
Home »
» FIRMANZAH BILANG PAKET BALI UNTUNGKAN NEGARA BERKEMBANG, BENARKAH?
0 comments:
Post a Comment