Bukannya mengakui bikin blunder dan meminta maaf kepada pihak-2 yang dirugikan, Muhammad Rahmad (MR) justru keukeuh dan mbulet. Ujung-2nya malah Sri Mulyono (SM), anggota PPI yg ditugasi menjemput Prof Subur Budhisantoso (BS) yg malah minta maaf! Tampaknya MR masih belum 'ngeh' bahwa dirinya bukan saja telah membuat reputasinya runyam, tetapi juga menyeret PPI dan pendukung ormas tsb. Terlebih lagi Anas Urbaningrum (AU), yang kini sedang menghadapi kasus korupsi Hambalang, tentunya akan makin terbebani oleh keribetan ini. MR mencoba membela diri bhw sebagai moderator diskusi ia hanya menjelaskan alasan kenapa SB tak bisa hadir. Tetapi jika disimak dg teliti tayangan video di YouTube, "keterangan"nya terkesan mengajak audiens menyimpulkan bahwa ketidakhadiran SB adlah karena dilarang BIN atau bahwa ybs sedang "diciduk" oleh lembaga telik sandi tsb. Karena sikap MR yang bersikukuh inilah maka desakan agar BIN menggunakan jalur hukum mulai muncul, seperti yg dilontarkan oleh Jendral (Purn) Endriyartono Sutarto (ES) dan (tentu saja) sementara elite PD. Padahal kalau MR berlapang dada dan bermaksud baik, ia bisa membuat masalah selesai dengan keterangan yang jelas dan permintaan maaf seperlunya. Apakah MR memang sengaja mengkapitalisasi kasus ini secara politis? Wallahua'lam!
Selanjutnya baca tautan ini:
http://news.detik.com/read/2013/10/20/175732/2390439/10/rahmad-tolak-minta-maaf-soal-kabar-prof-subur-dijemput-bin?n992204fksberita
0 comments:
Post a Comment