Prabowo Subianto (PS) boleh-2 saja menganggap
statemen Gamawan Fauzi (GF) mengenai kerjasama (kerma) antara Pemda dg
FPI sebagai suatu hal yang positif. Tetapi keinginan menjernihkan
statemen tsb malah bisa berdampak negatif thd PS sendiri dan
partai Gerindra, karena bisa dikesankan tidak sensitif thd opini
negatif publik thd ormas Islam tsb. PS mestinya tahu bahwa sampai hari
ini tidak ada langkah-2 Pemerintah (khususnya Kemendagri) yang telah
memberi kelegaan kepada publik mengenai FPI. Justru ormas tsb semakin
berani melontarkan kecaman langsung thd Presiden SBY sendiri. Jika PS
malah dikesankan membela GF, maka ingatan publik thd kiprah dirinya di
masa lalu akan muncul kembali. PS dikenal sebagai petinggi militer pada
waktu itu yang dekat dengan ormas-ormas tertentu yang dipakai untuk
melakukan repressi thd pegiat demokrasi. PS juga dianggap oleh banyak
pihak terkait dg operasi Mawar yang mengakibatkan hilangnya para aktifis
pro-demokrasi. Dsb. Apakah upaya penjernihan PS ini bisa diartikan
keinginannya (dan keinginan partai Gerindra) kembali ke masa lalu, yakni
menegakkan kekuasaan dengan memakai elemen-2 masyarakat yang dikenal
sering menggunakan kekerasan? Alasan PS utk "membujuk dan
mengakomodasi" FPI dengan alasan sebagai 'aset bangsa' sangat tidak
rasional dalam konteks membangun demokrasi di Indonesia ke depan.
Terlalu mudah mengatakan ormas yang menyukai kekerasan sebagai bagian
dari aset bangsa. Apakah PS nanti akan bergerak lebih jauh dengan
mengatakan bhw berbagai ormas-2 yang ditengarai banyak dihuni para
preman sebagai aset bangsa juga? Jika demikian, lampu kuning buat
reformasi dan demokrasi. Karena jika pikiran PS diikuti maka demokrasi
yg sedang dibangun ini berada dalam ancaman bahaya.
Selanjutnya baca tautan ini:
http://politik.rmol.co/read/2013/10/26/130823/Prabowo-Coba-Jernihkan-Maksud-Gamawan-Fauzi-Soal-Kerjasama-dengan-FPI-
0 comments:
Post a Comment