Catatan: Tulisan ini saya peroleh dari
sahabat Fber, @Aryanto Lukito. Walaupun beliau tdk memberikan link, tapi
saya percaya bahwa tulisan tsb dari Gus Hasyim Muzadi. Saya cukup hapal
dg gaya bahasa dan pemikiran beliau. Selamat menyimak dan menikmati
tulisan yg penuh humor, kritik, tetapi mencerahkan ini (MASH).
Oleh : KH. A. Hasyim Muzadi
Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al Hikam Malang
Saya
ingin menyampaikan sesuatu yang menarik tentang RRC (Tiongkok) kepada
kamu semua. Dengan perjalanan ini, saya menjadi lebih mengerti kenapa
Rasulullah SAW menganjurkan kita supaya mencari ilmu, sekalipun ke
Negeri Cina. Saya perhatikan ada beberapa kekhususan dari China , yaitu:
1. Segi Historis (Sejarah)
China
adalah bangsa yang tua karena beribu-ribu tahun sebelum masehi, China
sudah menjadi bangsa yang besar bersama dengan Romawi, Yunani , Persia ,
India , dll. Ini adalah bangsa-bangsa tua yang ribuan tahun sebelum
masehi sudah dikenal dalam sejarah.
2. Segi Geografis
China
persis berada pada posisi tengah-tengah dari Benua Asia. Adapun
selisih waktu antara Beijing dengan Jakarta hanya 1 jam sebagaimana
selisih WIB dan WITA.
Luas Negara China ini luar biasa, bahkan melampui luasnya Amerika Serikat dan hampir sama dengan luas Uni Sovyet sebelum pecah.
3. Segi Populasi
Negara
China mempunyai jumlah populasi terbesar di dunia, yaitu mencapai 1,3
milyar jiwa. Ini jumlah penduduk yang ada di China daratan, belum lagi
bangsa China berada di luar China (Overseas China). Di Negara mana-mana
pasti ada orang China , termasuk Kalpataru, Cengger Ayam, bahkan
daerah yang nyelempit-nyelempit itu. Jadi, tidak ada satu kota pun di
dunia ini yang tidak ada orang Chinanya. Jumlah populasi orang China
yang berada di luar RRC itu kalau ditotal sekitar 600 juta jiwa.
Sehingga kalau ditotal secara keseluruhan, maka jumlah populasi warga
China mencapai hampir 2 milyar jiwa.
4. Segi Ekonomi
China
ini adalah bangsa yang mempunyai etos kerja tinggi dan pekerja keras.
Dalam satu hari, orang China mampu bekerja selama 11 jam, padahal kita
saja yang berkerja 8 jam sehari sudah merasa berat. Perhatikan orang
China yang buka toko. Pada pukul 06.00 dia sudah membuka toko dan tutup
menjelang Maghrib, kemudian malam harinya, dia totalan. Jadi, waktu
yang tersisa itu hanya digunakan untuk tidur atau untuk keperluan yang
berkaitan dengan usaha dagangnya.
Di samping sebagai pekerja
keras, orang China adalah pekerja cerdas. Sekarang ini, tidak ada satu
barang pun di dunia ini yang tidak ditiru oleh Negara China . Suatu
saat saya pergi ke pasar malem. Di sana saya ditunjukkan jam tangan
merk Rolex, mulai dari yang asli seharga 70 juta Rupiah, sampai Rolex
yang seharga Rp. 70.000, dan kita sulit untuk membedakan antara yang
asli dengan yang palsu. Oleh karena itu, RRC mempunyai potensi luar
biasa untuk menghancurkan Barat. Apalagi produksi-produksi di sana
dibuat secara besar-besaran, yaitu kalau satu orang membuat 10 baju,
maka dari RRC akan mengekspor sekirat 12-13 milyar baju.
5. Rasa Persaudaraan (Kecinaan)
Bangsa
China mempunyai rasa “kecinaan” dunia. Jadi, kalau orang China ketemu
sama orang China lainnya, perasaannya lain dibandingkan ketemu dengan
kita.
6. Segi Politik
Dahulu
Negara China diperintah oleh Kaisar. Tunduk kepada Kaisar adalah harga
mati, sehingga pada zaman Kekaisaran, Kaisar menyuruh rakyat untuk
membangon tembok besar China meski harus mengorbankan ratusan ribu jiwa.
Tembok besar China ini dibangun di puncak-puncak bukit dan panjangnya
sekita sepanjang 6000 KM. Kalau ada pekerja yang mati, maka langsung
dikuburkan di dekat situ. Jadi, tembok besar China itu sebenarnya angker
karena ada alam arwahnya.
Setelah itu Negara China dipimpin oleh
Komunis. Pemerintahan Komunis ditambah dengan etos kerja bangsa China
yang luar biasa, menjadikan Negara China memperoleh untung besar.
Kenapa?, karena nilai yang dimakan oleh masing-masing orang China ,
lebih sedikit dari pada nilai hasil kerja mereka. Ibaratnya: kalau nilai
kerjanya Rp. 20.000 perhari, maka dia hanya memakainya sebanyak Rp,
10.000 sehari, sedangkan yang Rp. 10.000 lainnya menjadi hak Negara,
sehingga yang semakin kuat adalah Negaranya. Ini terjadi pada waktu
pemerintahan Komunis dipimpin oleh tokoh bernama Mao Zedong.
Setelah
Mao Zedong meninggal dunia, sistem ekonomi China diubah, namun
politiknya tetap berhaluan Komunis. Artinya: orang China masih
diperintahkan untuk kolektivitas, tapi ekonomi China mulai dibuka
pelan-pelan. Dari situ, mulai ada ekspor dan impor, investasi, dsb.
Bahkan lebih dari 4 juta anak-anak muda China , dikirim ke seluruh dunia
untuk belajar membuat barang-barang yang dibuat di negara-negara yang
mereka tempati. Semua itu dibiayai oleh Negara.
Akhirnya ekonomi
China meledak dan berkembang sangat pesat. Kenapa?, karena bangsa China
itu tidak suka hidup mewah, di samping karena budaya, juga karena
faktor politik Komunisme yang dianut. Jadi, Negara China itu dari
Komunis, bergeser ke arah Sosialis yang agak longgar, bahkan sekarang
menjadi Kapitalis, namun bukan “dikapitalisi” oleh orang lain.
Dalam
tempo kurang dari 20 tahun, kota-kota besar di China disulap menjadi
lebih hebat dari Washington dan New York . Jadi, di sana saya seperti
memasuki daerah yang aneh, karena saya dulu pernah ke China , tapi
tidak seperti yang sekarang ini. Sekarang ini Negara China luar biasa
hebatnya dan mulai menggeser posisi ekonomi Barat. Kenapa itu bisa
terjadi?, karena RRC tidak mau terikat dengan semua ikatan ekonomi
internasional, baik itu IMF, ILO, WTO, dsb. Sehingga RRC ini berjalan
tidak berdasarkan konsensus internasional, melainkan menggelinding
sendirian dengan kekuatan raksasa yang mereka miliki.
Hidup
bangsa China tetep sederhana, karena mereka mempunyai budaya yang
mengacu kepada filsafat Konghucu. Sekalipun bangsa China adalah komunis
yang menganut ajaran tidak bertuhan (atheisme), tapi sebenarnya mereka
masih mendewakan Kongfuche sampai hari ini. Orang China yang beragama
Kristen menganut Konghuchu, orang China yang beragama Islam juga
menganut Konghuchu, dsb. Konghuchu sudah menjadi agama negara dan agama
bangsa.
Umat Islam di China tidak besar, jumlah mereka kurang
lebih sekitar 50 juta saja. Apa artinya 50 juta muslim di tengah-tengah
1.3 milyar penduduk RRC. Orang Islam di sana rata-rata sudah berusia
tua yang kelasnya “Husnul khatimah”. Nah, yang menarik bagi saya dan
mungkin cocok dengan kandungan Hadits di atas adalah bahwa bangsa China
itu selalu hidup di bawah jumlah penghasilannya. Saya kira, sikap ini
perlu kamu tiru. Tidak ada orang China yang menghabiskan uang Rp.
10.000 sehari, kalau penghasilannya tidak mencapai Rp. 15.000. Ketika
orang China masih berpenghasilan Rp. 5.000, maka dia hanya makan
sebanyak Rp. 4.000 saja. Jadi, bangsa China itu pantang memakan habis
hasil keringatnya dan harus ada sisa dari hasil keringatnya tadi.
Bangsa
China sudah terbiasa hidup sederhana. Mereka bisa bikin mobil, motor,
dsb. Mereka juga bisa meniru sepeda motor model Harley Davidson.
Meskipun demikian, mereka jarang naik sepeda motor. Saya lihat di kota
Peking, kalau orang mau bepergian yang jaraknya kurang dari 1 KM, maka
mereka memilih jalan kaki; kalau lebih dari 1 KM, mereka memilih naik
sepeda; dan kalau lebih dari 5 KM, maka mereka memilih naik bus. Kalau
sudah kaya betul, baru mereka mempunyai mobil; itupun jarang dipakai,
karena mereka lebih suka naik bus sekalipun sudah mempunyai mobil
sendiri. Alasan mereka sederhana dan rasional, yaitu jalan kaki itu
lebih hemat, lebih sehat, lebih selamat, dan anti-polusi.
Di sana
juga banyak sepeda pancal, namun sepeda yang dipakai itu jelek-jelek,
karena yang baik-baik itu untuk dijual. Jadi, bangsa China ini
mempunyai sifat-sifat yang agak aneh dibandingkan dengan bangsa-bangsa
yang lain. Orang China itu kalau yang terbaik untuk dijual, sedangkan
yang jelek untuk dipakai sendiri. Di RRC jarang ada rumah mewah, yang
banyak adalah rumah susun, maklum jumlah penduduknya milyaran orang.
Sedangan bangunan yang megah-megah adalah semacam universitas,
pertokoan, mall, kantor, dsb.
Orang-orang China jarang
yang gemuk, padahal makannya banyak. Mereka bisa langsing karena sering
jalan kaki dan berolah raga. Bahkan hampir seluruh tumbuh-tumbuhan
yang berkhasiat sebagai obat-obatan, tumbuh subur di Negara China .
Ibaratnya, Negara China adalah miniatur dari tanaman-tanaman yang
berkhasiat obat. Lha, ini yang menginspirasi Mr. Li Xiang untuk
memproduksi obat-obatan, tapi sudah dimodernisir. Pabrik yang dimiliki
oleh Mr. Xiang ini sekarang sudah menguasai 1/3 pasaran obat di dunia.
Dia menggunakan sistem MLM (Multi Level Marketing) dan sistem bonus,
yaitu setiap orang yang berhasil menggaet pelanggan lain, akan diberi
bonus. Jadi, kalau saya membuat 100 anak Al-Hikam membeli produk
obatnya, maka saya akan mendapatkan keuntungan dari 100 orang tadi.
Dengan sistem promosi yang berjenjang seperti ini, maka orang
berlomba-lomba kaya
melalui pabrik milik Mr. Xiang ini. Bonusnya
juga ndak tanggung-tanggung, ada bonus berupa pesawat, kapal pesiar,
mobil, sepeda motor, dsb.
Saya kan sudah ke Eropa, Amerika, Timur
Tengah, Afrika, dsb., saya melihat bangsa China ini memang aneh.
Mereka lebih mendulukan bekerja dari pada makan. Jumlah yang dimakan
harus di bawah hasil kerja. Sebenarnya makannya orang China itu banyak
sama dengan makanya orang Arab; akan tetapi karena mereka berolah-raga
terus, sehingga jarang yang gemuk. Lain hanya dengan orang Amerika, di
sana ada wong gowo wetenge tok wis kabotan, mergo kakean badokan (orang
bawa perutnya sendiri sudah keberatan, sebab kebanyakan makan. red).
Lalu saya teringat pada Hadits Rasulullah SAW , Hadits itu ditujukan
untuk urusan kehidupan duniawi.
Bangsa China ini pekerja keras dan pekerja cerdas
(cetak tebal dan italic dari saya, MASH). Kalau orang Bugis, Madura dan
Batak adalah pekerja keras, tapi tidak cerdas, sehingga kalau ayahnya
jualan rokok di rombong, maka anaknya juga demikian. Beda dengan orang
China ; kalau ayahnya jualan kacang buntelan, maka pada saat anaknya
nanti, usahanya sudah menjadi pabrik kacang. Jadi, untuk faktor
enterpreneurship, mungkin China itu nomer satu di dunia.
Orang
Barat itu hebat dalam hal penelitian dan penemuan. Mereka meneliti
sampai bisa menemukan listrik, kereta api, silinder, dsb. Adapun
masalah berdagang dan mencari rezeki, jagonya adalah China . Sedangkan
kalau makan tapi tidak kerja, jagonya adalah orang Indonesia . Jadi,
orang Indonesia itu maunya, kalau kerja tidak berkeringat, tapi kalau
makan, harus berkeringat. Berarti di sini kita mengalami hambatan
budaya untuk maju.
Ini semua membuat saya mikir-mikir: seandainya
ibadah, tauhid, dan akhlaq kita digandengkan dengan etos kerjanya
orang China, maka saya kira, itulah yang dimaksud oleh Hadits
Rasulullah SAW:
"Bekerjalah untuk duniammu,
seakan-akan engkau hidup selamanya; dan bekerjalah untuk akhiratmu
seakan-akan engkau akan mati esok hari." (cetak tebal dan italic dari saya, MASH).
Kesalahan
orang Islam adalah menghindari kerja keras, seakan-akan tidak berkerja
keras adalah bagian dari tasawuf, padahal pandangan seperti itu adalah
bagian dari kebodohan. Tasawuf itu ngeresii ati, bukan nganggur.
Banyak orang Islam yang merasa mulya ketika ngganggur, tapi kok urip,
padahal orang seperti ini pasti menjadi benalu atau seperti bunga
teratai yang hidup terombang-ambing di atas air, sekalipun berbunga, ia
tidak bisa lepas dari air. Oleh karena itu, saya ingin kamu semua
mempunyai etos kerja dan enterpreneurship.
Saya melihat orang
China di sana jarang omong. Mereka ngomong seperlunya, karena pekerjaan
lebih mereka dahulukan. Sedangkan di sini, omong-omongan tok iso
sampek 4 jam sambil ngentekno kopi 4 gelas (berbincang-bincang saja
bisa sampai 4 jam sambil menghabiskan kopi 4 gelas. red), serta
bercerita yang sama sekali tidak ada gunanya. Ini disebut dengan
wasting time (menyia-nyiakan waktu), padahal di dalam Hadits disebutkan
bahwa orang yang menyia-nyiakan waktu atau hidupnya, berarti dia
sedang disia-siakan oleh Allah SWT.
Sebenarnya Islam mengajarkan etos kerja ini ketika Rasulullah SAW ditanya: “Rezeki apa yang paling baik?”, beliau menjawab; “Rezeki terbaik adalah rezeki hasil tangannya sendiri”.
(cetak tebal dan italic dari saya, MASH) Kadang-kadang, karena orang
tua masih cukup, maka seseorang nebeng kepada orang tua, sementara dia
sendiri tidak ada mempunyai kreativitas; sehingga begitu ditinggal mati
oleh orang tuanya, dia akan kelabakan.
Saya melihat bahwa
perusahaan-perusahaan besar milik orang China di Indonesia, rata-rata
Grand Manager-nya berusia di bawah 40 tahun. Misalnya: Gudang Garam,
Djarum, dsb. Perusahaan-perusahaan itu sudah tidak dipegang oleh
ayahnya, karena ayahnya sudah menjadi konsultan, sedangkan yang menjadi
eksekutif commite-nya adalah anak-anaknya.
Saya sebenarnya ingin
kamu berlatih dua hal, yaitu: jangan memubadzirkan waktumu, demi
menegakkan etos kerja dan berusahalah berprestasi lebih tinggi dari
pada apa yang kamu butuhkan.
Hal-hal seperti di atas, kalau digandengkan dengan akhlak dan tauhid, maka itulah bentuk nyata dari fiddunya hasanah wa fil-akhirati hasanah. (cetak tebal dan italic dari saya, MASH)
Negara-negara
Islam, mulai dari Saudai Arabia sampai Maroko, adalah Negara-negara
yang kaya, namun bukan Negara yang maju. Negara-negara di Timur Tengah
menjadi Negara kaya, karena mempunyai minyaknya melimpah. Namun karena
yang menyedot minyak adalah Amerika, maka Negara-negara Timur Tengah
hanya dikasih 15 % dari hasil sedotan. Itu sudah membuat mereka menjadi
Negara kaya, akan tetapi tidak bisa menjadikan mereka sebagai Negara
maju, karena nyedot minyak saja tidak bisa. Sementara Negara-negara di
Timur Tengah yang tidak punya minyak, semuanya menjadi Negara miskin,
contoh: Mesir , Tunisia , Al-Jazair, Moroko, apalagi Sudan . Sudan itu
ibukotanya bernama Kartoum, namun bandara Kartoum saja tidak ada
WC-nya, sehingga kalau mau kencing harus melayu adoh ke tempat sing
gerumbul-gerumbul (yang rimbun. red), sehabis kencing, diobati
(maksudnya; diobat-abit).
Sebenarnya, perintah melihat bangsa
China adalah bagian dari Hadits yang menyatakan bahwa hikmah itu adalah
milik orang mukmin. Kalau hikmah itu kececer pada orang lain, maka
hikmah itu adalah milikmu. Jangan karena tidak Islam, lalu kamu
memusuhi mereka. Karena mutiara itu kececer dan dipegang oleh orang
lain, maka ambil kembali hikah itu. Contoh: Penelitian itu kan perintah
Islam, lalu kenapa kita tidak memakai hasil penelitian orang Eropa?.
Dulu, sebelum orang Eropa maju, yang bisa meneliti dalam bidang
kedokteran, matematika, gizi, dsb. diteliti oleh ulama’-ulama’ Islam.
Oleh karena itu, ambillah hikmah dari mana saja, asal hikmah itu benar
menurut syariat Islam.
Jadi, tidak bagus kalau ada orang yang
membeda-bedakan antara daerah Islam dengan daerah yang tidak Islam.
Karena di daerah Islam itu ada tauhid, namun ada kelemahan; sedangkan
di daerah yang tidak Islam, ada kekufuran, namun ada kelebihannya.
Hanya saja, sampai hari ini, orang-orang Timur Tengah, masih juga
membagi peta antara Negara Islam dengan Negara tidak Islam, padahal
mutiara-mutiara Islam sebagai agama, telah tercecer di sana-sana,
karena tidak dipegang oleh orang muslim di negara Islam itu sendiri.
Ketika
saya masuk Somalia , penduduknya begitu miskin. Kalau di sana ada
orang bisa makan cukup setiap hari, itu sudah Alhamdulillah. Padahal
Negara ini mempunyai tambang-tambang yang banyak. Ini semua
mengingatkan kita, kenapa Negeri Islam, penduduknya miskin-miskin,
sedangkan penduduk di daerah non-muslim kok tidak demikian. Ilmu memang
ada di sini, namun yang melakukan adalah orang di luar Islam. Jadi,
ilmu etos kerja, ilmu penelitian dan kerja keras adalah Islami. Mereka
yang melakukan ilmu itu, meskipun ndak pakai syahadat; sedangkan di
Negara-negara Islam pakai syahadat, tapi ilmunya tidak diamalkan. Jadi,
kalau syahadat itu ibarat lokomitif, sedangkan gerbongnya adalah ilmu.
Baik lokomotif maupun gerbong, itu sama-sama diperlukan. Kalau ada
lokomotif ndak pakai gerbong, itu kan lucu.
Akhirnya di
Negara-negara Islam, penduduknya bertentangan karena selisih paham,
saling bunuh-membunuh karena selisih aliran, dsb. Jadi, Islam yang
kaffah itu bukan Negara harus distempel Islam, namun unsur-unsur
ke-Islam-an yang harus diterapkan di Negara itu. Nah, sekarang itu,
golongan seperti Hizbut Tahrir, FPI, dsb. mengatakan bahwa Islam Kaffah
adalah kalau Indonesia yang dihuni oleh banyak orang Islam ini,
distempel Islam; ndak peduli apakah masyarakat di dalamnya itu menjadi
maling atau tidak. Padahal yang akan dihisab nanti adalah
orang-perorang, bukan institusi. Jadi yang harus bertanggung jawab
adalah individu, bukan nation state-nya. Baru pemahamannya saja, mereka
sudah menceng dan tidak karu-karuan. Mereka itu sebenarnya tidak
kaffah, tapi merasa paling kaffah.
Kemarin saya didatangi oleh Redaktur
Majalah Sabili; saya dikritik karena saya kok masih
mempertahankan Pancasila, kenapa kok tidak setuju dengan Khilafah,
berarti tidak kaffah. Lalu saya jawab: Lho, yang dimaksud kaffah bukan
simbolistik-simbolistik, melainkan hikmah-hikmah Islam yang berserakan,
kemudian dijadikan satu, itulah Islam kaffah.
Untuk mengerti
bahwa shadaqah itu penting, kita cukup membaca Hadits. Akan tetapi
untuk menciptaan masyarakat yang mampu bersedekah, maka tidak cukup
hanya dengan menghafalkan Hadits-hadits, karena itu adalah proses
perjuangan ekonomi kerakyatan. Sementara sekolah-sekolah Islam yang di
Timur Tengah, isinya menghafal saja, sehingga berhenti sampai hafalan,
tidak pada aktualisasinya. Dino-dino omongane dalil (sehari-hari bicara
dalil. red), tapi dalil iku gak tahu dilakoni (tidak pernah dilakukan.
red).
Semua ini menjadikan saya termenung. Sudah berapa Negara
yang saya kelilingi, saya kira sudah lebih dari 40 Negara. Namun, untuk
kunjungan ke China , rasanya lain bagi saya. Bagaimana tidak?, mereka
punya sesuatu, tapi tidak mau pakai; mempunyai etos kerja tinggi,
tetapi hidup sederhana; barang yang terbaik untuk dijual, sedangkan
yang asal jadi, dipakai sendiri. Mereka juga jarang yang mau pakai
sepeda motor, karena mengakibatkan polusi dan tidak sehat. Maka dari
itu, umure wong Chino iku dowo-dowo, gak mati-mati sampek tuek
tuyuk-tuyuk (umur orang china itu panjang-panjang, tidak mati-mati
sampai tua. red) , bahkan mencapai usia lebih dari 100 tahun. Jadi,
budaya kita ternyata tidak produktif. Bagaimana kita bisa mempunyai
budaya yang produktif, tapi etis dan tauhidi dan Islami, ini baru
menjadi bangunan dari fiddunya hasanah wa fil akhriati hasanah.
Saya
masih akan ke Moskow. Rusia itu dedengkot komunis dunia. Mereka telah
mendirikan komunisme yang bertahan selama 70 tahun, lalu ambruk. Kenapa
Rusia setelah direformasi, kok ambruk, sedangkan China setelah
reformasi kok malah melejit, padahal keduanya sama-sama komunis?. Itu
karena komunis di China menggunakan budaya China , yaitu makan kurang
dari penghasilan; sementara orang Rusia, biaya makan melebihi kapasitas
hasil kerjanya. Sekarang ini orang China pergi ke Moskow secara
besar-besaran untuk menggarap pertanian-pertanian. Sehingga sekarang
ini Rusia tampaknya berada di bawah kendali RRC.
Ketika saya di
China , saya bertemu dengan pedagang Amerika yang berasal dari Wall
Street di New york . Dia minta dengan hormat, supaya China itu tidak
mengekspor barang-barang seperti sekarang ini, karena kalau ini
diteruskan, maka perekonomian akan ambruk dalam 5 tahun. Jawabnya orang
China : “Saya tidak ingin mengekspor barang saya, kalau rakyat Anda
tidak ingin membeli barang saya”. Itungan China kan begini: Penduduk
China itu berjumlah 1.3 Milyar jiwa, kalau setiap orang memperoleh bati
1$ saja, berarti untunganya sudah mencapai 1.3 Milyar dollar. Jadi,
gimana mereka mau disaingi, itu kan ndak mungkin.
Wednesday, February 20, 2013
Home »
» SIMAK ARTIKEL GUS HASYIM MUZADI: MARI BELAJAR DARI BUDAYA CHNA
0 comments:
Post a Comment