Seperti kebiasaan almaghfurlah Gus Dur, beliau
sering menerima tamu pagi sekali. Saya pun kali ini datang agak pagi
supaya masih fresh. Sesampai di tempat tingal beliau, suasana hening dan
temaram karena sang Surya belum sepenuhnya berbinar. Gus Dur baru saja
selesai wiridan atau tadarusan ketika saya masuk. Beliau tampak heran
karena tak biasanya saya sepagi itu)
Oleh: Muhammad AS Hikam
"Lho, Kang, sampeyan?" Sebelum saya mengucap salam beliau sudah keburu menegur.
"Assalamu'alaikum, Gus. Inggih, saya pagi-pagi.." Jawab saya, seraya menyalami dan mencium tangan beliau.
"Waras, tah? Gimana kabar keluarga sampeyan...Kita ngobrol sambil jalan-jalan pagi saja ya?.." Kata beliau sambil berjalan keluar.
"Apa tidak ganti pakaian dulu, Gus, kan masih sarungan gitu, hehehe..." Tanya saya sambil menginthil di belakang.
"Alah gak usah, wong tidak jauh-2 saja. Lagian pake sarung kan malah demokratis, hehehe..." Canda GD"Hahahaha... jadi inget kata Habib Umar Muthohar, Semarang Gus. Kata beliau, sarungan itu pakaian paling demokratis, gak ada halangan, hahaha..."
"Hehehe... lha, bener kan, hehehe...!" GD pun ngakak di
keheningan pagi."Tumben rada pagi sampeyan, tidak ngantor to?" Tanya GD
setelah kami berjalan di jalan setapak yg asri dan di kanan-kirinya
tanaman pagar berbunga warna warni. Burung-burung mengikuti kami dari
dahan ke dahan sambil menyanyi memuji kebesaran Ilahi. Sebuah pagi yg
sangat memesona.
"Sekarang saya punya banyak waktu, Gus, karena tiidak lagi menjabat
jadi Wakil Rektor di Kampus. Saya sekarang konsentrasi mengajar saja."
Kata saya
"Ooo ngono to.. Lha kenapa kok berhenti?" Tanya beliau
"Sudah tiga tahun menjabat Gus, cukuplah. Kan tidak bagus kalu
lama-lama. Lagi pula saya harus tahu dri, fisik kan tidak muda lagi,
hehehe..." Jawab saya
"Alaaah, sampeyan ada ada saja, saya dulu seusia sampeyan masih
kluyuran tiap hari dari pagi sampai pagi lagi, bahkan ke luar negeri
kan?"
"Lha memangnya siapa yang bisa menandingi stamina, panjenengan Gus?
Masih inget gak saya hampir kolaps gara-2 dua hari ggak tidur mengikuti
njenengan keliling, malah njenengan tertawakan itu ...?" Kata saya mengingatkan."Hehehe.. soalnya samopean gak bisa tidur kalau tidak ngglethak dulu. Kalau saya, begitu masuk mobil langsung bablas, kan?"
"Nah, itulah Gus. Jadi kalau saya mulai mikir kesehatan badan karena ya dasarnya fisik saya tidak sedahsyat njenengan..."
"Lha terus ngapain sampean setelah tidak jadi wakil Rektor?" Lanjut GD bertanya
"Kan saya masih mengajar dua kali seminggu, seminar sana sini. Ngamen lah Gus, seperti dulu dengan njenengan. Sambil ngurusi Group The Gusdurians, hehehe... Belakangan makin rame yg ikutan, Gus. Berkat karomah dari panjenengan.." Kata saya
"Ada perkembangan apa kok rame?" Tanya beliau
"Hehehe.. njenengan sudah tahu urusan Sutan Bhatoegana dari Partai Demokrat kan Gus?"
"Kan sudah selesai, masak mau rame lagi?" Kata beliau sambil berhenti
di sebuah perempatan. Di sebelah kanan ada taman yg asri dan beliau
lantas ke sana."Memang sudah selesai tapi ya namanya Indonesia Gus, yang
begitu-2 kan buntutnya selalu ada. Dan bisa lebih rame lagi. Makanya
saya mau nanya panjenengan soal itu?" Saya mulai memancing beliau
"Soal apa yg ditanyakan?"
"Sudah tepat nggak Gus, penyelsaian dg minta maaf itu?" Tanya saya
"Wah sampean kayak gak tahu saya saja, Kang. Lha buat apa
sih repot-2 urusan gitu saja. Kalau saya dikritik, dilecehkan dan
dipanas-panasi itu kan sudah sego jangan kehidupan saya dulu. Kalau Pak Bhatoegana lalu minta maaf kan sudah bagus, urusan selesai. Asal tidak diulang lagi saja.." (sego jangan =
nasi dan sayur, ungkapan Jawa Timuran utk hal yg sudah biasa).
"Saya
malah pernah dibilang kafir, atau tidak Islami, atau tetek bengek
lainnya oleh mereka2 yang marah dengan saya. Saya biarkan saja, karena
semakin marah dan semakin ngaco omongan mereka, berarti saya yang benar
atau setidaknya kiprah saya membuat mereka merasa terganggu." Lanjut
beliau."
"Iya benar Gus, itu ada pentolan FPI namanya Muhsin Alatas yg
ikut-2an nimbrung, menyebut panjenengan walinya setan segala." Kata saya
"Hehehe... ya itulah orang-2 yang tidak paham. Justru saya kasihan
sama orang seperti itu, karena saking pengennya terkenal harus nimbrung
cari sensasi."
"Hehehe.. inggih Gus, saya juga menulis begitu. Kalau seandainya
njenengan ditanya urusan Bhatoegana, pasti njenengan akan ngendiko 'halah gitu aja dipikirin'. Gak keliru ya Gus?"
"Bener, Kang. Yang penting semua jadi sadar bahwa rakyat itu tidak
tidur atau lupa kepada pemimpin yang memang diakui kepemimpinannya.
Kalau ada yg mencoba mendistorsi atau manipuasi, maka spontan rakyat
akan bereaksi menolak. Kan banyak yang mengaku pemimpin tapi dibiarin
atau malah dihujat diam-2 oleh rakyat. Ya seperti yg sampean sebut
namanya itu tadi.""Terus kira-kira apa dampaknya bagi partai Pak Sutan,
Gus?"
"Ya tergantung pada apakah para elite partainya bisa mengubah
persepsi masyarakat yg sudah miring thdnya. Kan elite partai itu banyak
yag terlibat kasus mega-korupsi. Jadi tidak salah kalau rakyat menjauhi
partai itu di seluruh negeri. Bukan hanya karena urusan Bhatoegana
dengan saya. Itu masalah tambahan saja. Intinya ya karena kelakuan elite
partai itu yang mencederai amanat rakyat."
"Kan masih ada yang mau memperpanjang soal Bhatoegana itu seakan-akan
permintaan maaf kepada keluarga Ciganjur tdak cukup. Alasannya karena njenengan kan mikik bangsa, bukan cuma milik keluarga atau nahdliyyin
saja." Saya mencoba mempertajam pertanyaan.
"Yang begitu-2 mah lagu
lama, kerjaan orang-2 yang tidak punya kepercayaan diri, sehingga harus
manipulasi dan membonceng keributan. Itu paling-2 kan orang partai atau
politisi yg bingung menghadapi Pemilu 2014 karena parpolnya tenggelam
dan tidak diakui lagi oleh rakyat,para Kyai, dan nahdliyin..
Biasa lah Kang, orang-2 hobbinya memancing di air keruh." Jawab GD rada
ketus.
"Hahaha... rasanya benar Gus karena ada yg mulai membawa membela
nama njenengan untuk mobilisasi opini yang arahnya kepada dukungan parpol tertentu.."
"Gak usah pake tertentu,
Kang, semua sudah tahu partai apa itu kok, hehehe..." GD sudah tertawa
lagi.
"Jadi soal Bhatoegana ini sebenarnya nggak usah direkasi terlalu
serius kalau gitu Gus?"
"Sebenarnya tidak kalau dari sisi saya pribadi yang sudah kenyang di
lecehkan, tetapi dari sisi rakyat lain, bisa serius juga. Cuma rakyat
juga tidak ingin masalah ini diperpanjang karena mereka kan bukan
politisi, hahaha... Mereka maunya kan agar pemimpinnya jangan dilecehkan
atau difitnah. Kalau sudah minta maaf secara terbuka, ya sudah. Itu
saja saya rasa."
" Ya Gus, semoga tidak ada yang ngaco lagi untuk
komoditas politik." Kata saya
"Dan juga agar kita belajar memaafkan. Kan kata Gandhi, hanya orang
yang punya bkarakter kuat yg bisa memaafkan. Nah artinya kalau kita
tidak mau memafkan orang yg sudah mengaku salah, kita ini malah jadi
orang yg karakternya lemah. Cuma ada tambahannya Kang..." Kata GD sambil
senyam senyum.
"Apa Gus?" Saya agak heran.
"Kata Presiden Kennedy
almarhum 'berilah maaf, tetapi jangan pernah lupa nama orang itu',
hahaha..."
" Hahaha.. bener Gus supaya tidak diulangi lagi di lain waktu.
Kalau maaf-maaf melulu tapi balik lagi kan percuma. Oke Gus, saya pamit
dulu, matahari sudah tinggi." Kata saya sambil salaman dan mencium
tangan beliau.
"Gak sarapan di sini saja sampean?"
"Lain kali saja Gus, Assalamu'alaikum.." "Salam, Kang... salam saya untuk keluarga di rumah ya.."
"Inggih Gus, pareng.."
Sunday, December 2, 2012
Home »
MISCALLENOUS
» WAWANCARA IMAJINER DENGAN GUS DUR (18): HEBOH BHATOEGANA
0 comments:
Post a Comment