Kalau bicara soal interpretasi, tentu tdk akan ada yg bisa melarang sampai dimana hal itu dilakukan. Termasuk interpretasi thd pidato Pak SBY ttg konflik KPK-Polri semalam. Tetapi, orang juga berhak menilai interpretasi mana yg lebih "masuk akal" dan tepat dan mana yg asbun atau cuma "waton suloyo" alias asal beda. Hal ini tak lepas dari posisi si penafsir baik secara sosial, politik, psikologis, dll. Demikian juga kemampuan si penafsir melihat dari berbagai segi. Bias pribadi tdk mungkin dihindari, tetapi bisa dikelola n dibatasi secara nalar tanpa harus mengganggu prinsip. Interpretasi Ray Rangkuti (RR) thd pidato Pak SBY, hemat saya, termasuk yg terlalu bias sehingga kesimpulan bhw SBY melakukan pembiaran berlebihan. Tapi terpulang pd publik jua yg akan memberi penilaian apakah analisis tsb mendapat apresiasi atau tidak.
Selanjutnya baca tautan ini:
http://www.rmol.co/read/2012/10/09/81186/Pidato-Semalam-Menegaskan-Bahwa-SBY-Melakukan-Pembiaran-
Social Profiles
-
Diberitakan oleh media bahwa sebelas hari lalu (18 Juni 2020), Presiden Joko Widodo (PJ) marah dalam sebuah rapat Kabinet Kerja 2. PJ b... -
Pak Ngadiyono (Ng), Wakil Ketua DPRD Kabupaten Gunung Kidul, konon dilaporkan ke kantor Polisi, gegara dituding telah melakukan penghina... -
Kritik thd NU, gara-2 pembubaran pengajian MTA di Kudus, adlh hal yg wajar. Karena memang NU selama ini dikenal sbg 'pembela plural... -
Kelompok Majelis Tafsir Alqur'an (MTA), memang membuat resah kalangan nahdliyyin karena pandangan yg radikal. Termasuk mengharamkan ta...
-
Taktik main cari kesalahan mesti diwaspadai jangan sampai terus dipakai dan dikembangkan oleh para poliyo (politisi sontoloyo) dalam meresp...
0 comments:
Post a Comment