Palu telah diketokkan oleh Ketua Setgab, Pak SBY, buat anggotanya yg
mbalelo. PKS dinyatakan persona non grata dan posisi di Kabinet akan
dilukir. Ini barangkali sanksi politis yg menurut Pak SBY efektif tetapi
tidak frontal. Kalau PKS masih ngotot
memertahankan para Menterinya (pdhal dia sudah dicoret), maka publik
akan makin sinis kepada parpol Islam itu. Tapi kalau Pak SBY frontal
memaksa menteri-2 PKS hengkang, resikonya bisa dipakai sebagai
"pendzoliman." Tinggal bagaimana PKS meyakinkan publik sehingga posisi
yg rumam ini akan berbalik menguntungkan. Namanya juga politik
transaksional!
Dalam teori dan praksis politik demokratis, parpol anggt koalisi yg
sudah "persona non grata" pasti (bukan hanya umumnya) akan mundur dan
menarik para Menterinya dari Kabinet. Namun, sistem koalisi parpol di
Indonesia kan memang aneh bin ajaib, dan
tidak pernah dipraktikkan oleh siapapun di dunia. Makanya, jangan heran
kalau PKS masih ngotot memertahankan para mentrinya dg segudang alasan
dan dalil-2 keagamaan, sama juga PD akan mencari-2 argumen membela
keputusan absurd tsb.
Namun, dunia akan menjadi saksi bhw partai berdasar agama Islam ini adalah contoh konkret dr suatu nafsu berkuasa yg menghalalkan segala cara. Agama menjadi sekadar legitimasi belaka sementara prilaku jauh menyimpang. Sebagai seorang ilmuwan politik, saya terus terang sedih tetapi juga bersyukur kepada Tuhan. Karena kasus PKS ini adalah bukti paling konkret bhw yg bisa berprilaku hipokrit itu bukan hanya parpol sekuler, tetapi juga parpol berbasis agama (Islam). Entah sampai kapan Indonesia harus menderita seperti ini?
Namun, dunia akan menjadi saksi bhw partai berdasar agama Islam ini adalah contoh konkret dr suatu nafsu berkuasa yg menghalalkan segala cara. Agama menjadi sekadar legitimasi belaka sementara prilaku jauh menyimpang. Sebagai seorang ilmuwan politik, saya terus terang sedih tetapi juga bersyukur kepada Tuhan. Karena kasus PKS ini adalah bukti paling konkret bhw yg bisa berprilaku hipokrit itu bukan hanya parpol sekuler, tetapi juga parpol berbasis agama (Islam). Entah sampai kapan Indonesia harus menderita seperti ini?
0 comments:
Post a Comment